Tidak terasa aku sudah selesai menjalani formasi di MAGIS 2021-2022 sebagai pengurus. Masa pelayananku sebagai pendamping sudah selesai. Ada perasaan sedih karena meninggalkan kegiatan yang setiap bulan tekun aku jalani dengan capek tapi menyenangkan. Ada juga rasa kehilangan di dalam batin ketika mengingat segala macam peristiwa yang telah meramaikan hati. Mengingat ke depan aku akan berhadapan dengan keheningan untuk memasuki skripsi, meninggalkan kehangatan ini terasa berat.
Di tengah kegalauanku ini, beberapa alumni MAGIS memberikan support kepadaku, “proficiat Fratt..”, “terimakasih atas pelayanannya selama 2 tahun di MAGIS…”, “Semangat frat..! Cepet move on. Biar berkat baru cepet dateng juga 🙂)” dll. Yah, sepertinya para alumni juga pernah mengalami perasaan serupa sehingga mereka menghiburku. Terimakasih banyak teman-teman.
Dari perhatian dan semangat teman-teman yang menghiburku, aku menjadi sadar bahwa dua tahun ini merupakan salah satu momen penting dalam hidup yang dapat menjadi preseden positif bagiku. Misalnya saja dalam pertemuan sejarah hidup, seseorang diajak untuk menemukan berkat dan rahmat dalam sejarah hidup yang seringkali tidak disadari, kini disadari dan diterima sebagai salah satu rahmat yang membawa seseorang pada identitas yang unil dan tak terhingga. Mungkin berkat dan rahmat itu terbungkus luka dan penyesalan, tetapi setelah dilihat dengan sudut pandang lain, luka itu bisa menjadi pelajaran berharga untuk saat ini dan ke depan. Tanpa adanya proses menulis dan merefleksikan, serta membagikannya pada yang lain, tidak mungkin pengolahan hidup terjadi. Meskipun, luka itu belum bisa sembuh sepenuhnya, tetapi setidaknya beberapa teman bisa mengatakan, “it’s okay not to be okay.”
Salah satu momen syukur sebagai pengurus dan pendamping di dalam circle adalah bisa mendengarkan cerita-cerita unik dalam setiap pribadi. Tak jarang pengalaman-pengalaman itu diceritakan dengan tangisan. Meskipun demikian, merupakan sebuah berkat bagiku sendiri melihat mereka bisa melepaskan rasa sakit yang sudah dipendam dan tidak pernah dibagikan. Sebuah rahmat pula berada bersama seseorang yang bisa jujur dan otentik pada dirinya bahwa dirinya rapuh setelah selama ini berusaha menutupi dengan ketegaran. Syukur pula bisa tertawa bersama mereka ketika melihat mereka akhirnya bisa menertawakan pengalaman-pengalaman pahit itu dan pada akhirnya bisa menemukan sendiri sudut pandang yang pas untuk melihat pengalaman hidup.
Selain itu, pada tahun ini aku merasa bersyukur karena aku melihat semangat dalam diri pengurus meskipun banyak tugas yang harus mereka tanggung seperti double job sebagai animator dan pilar tertentu. Jumlah pengurus tahun ini sedikit supaya efektif, tetapi ternyata banyak yang mengeluh karena terlalu berat, belum lagi harus memberikan materi. Ada anggota yang harus sakit di tengah mempersiapkan materi, pergi dinas ke luar negeri, mundur dari kepengurusan, dll. Meskipun demikian, segala upaya, patut diapresiasi dan dihargai bahwa dalam pengalaman melayani ini aku melihat adanya kerjasama dan kedekatan.
Aku merasa amat bersyukur bahwa dinamika maGis ada naik turun, ada konsolasi dan desolasi. Ada pengorbanan dan salib. Berada di titik jenuh merupakan sebuah tegangan antara memilih kabur atau tetap setia memikul salib. Itulah yang membuat warna di maGis tahun ini. Ada refleksi dan evaluasi bersama, ada rekoleksi, dan lain seterusnya. Meskipun ada banyak kekurangan, aku melihat bagaimana setiap orang berusaha untuk berkontribusi untuk menopang kekurangan tersebut. Semua itu merupakan rahmat, bila direfleksikan lebih dalam. Setiap orang memiliki peran masing-masing yang unik dan khas yang membuat harmoni.
Salah satu misi pengurus tahun ini selain memberikan materi dan saroh adalah terlaksananya Magis Action Day dengan melakukan ziarah kecil dari Kolese Kanisius di Menteng menuju ke Civita Youth Camp di Ciputat. Tidak hanya para formandii yang berjalan kaki yang menemukan berkat dan rahmat, tetapi juga pengurus. Para pengurus ditengah kesukaran dan kesibukan mereka, tampak bersemangat melakukan test drive terlebih dahulu agar para formandii bisa menjalankan kegiatan dengan baik. Banyak formandii pada akhirnya menemukan pengalaman baru dan sudut pandang baru terkait berbagi, meminta, kesasar, mengolah emosi mereka, bahkan pertemanan antar circle mulai timbul. Semua itu tidak lepas dari perhatian para formator atau pengurus yang telah memberikan perhatian penuh dengan mencurahkan waktu dan tenaga mereka.
Syukurlah kapal maGis ini ternyata masih bisa berlayar hingga ke tujuan akhir Missioning. Dengan mini rekoleksi yang sudah dirancang akhirnya bisa menginap dua hari satu malam di Wisma Samadi, Klender, para formator dan formandii bisa merefleksikan perjalanan mereka dan mencoba meraba-raba ke arah mana mereka akan melanjutkan perjalanan mereka. Apakah ada benih-benih panggilan baru? Akankah mengambil studi lanjut? Menikah? Menekuni pekerjaan sehari-hari seperti biasa? Atau melanjutkan estafet kepengurusan? Semua itu ada di tangan masing-masing. Benih-benih keutamaan Ignatian sudah ditaburkan, sekarang tinggal setiap pribadi merawatnya.
Aku tidak yakin Missioning adalah sebuah perpisahan. Mungkin kita tidak akan berjumpa sama seperti dahulu sebagai formator atau formandii, sebagai pendamping dengan animator dan formandii, atau pengurus dengan bidang masing-masing, tetapi sebagai seorang teman dalam hidup masing-masing. Barangkali perjalanan ini bukanlah perjalanan yang berujung perpisahan. Tetapi perjalanan saat aku telah menemukan sesuatu yang berarti untuk hidupku, aku pernah menjadi bagian dari suatu komunitas yang sama-sama mencari makna atas hidupku. Jalan kita boleh beda tetapi ingatlah bahwa kita pernah dalam satu perahu yang sama. Semoga pengalaman di maGis ini dapat menjadi bekal untuk perjalanan selanjutnya. Terima kasih maGis.