Dimanakah Aku Berada?

***

Pada cerita Circle Kopi kali ini, kami memulai dengan suasana yang baru. Suasana baru yang saya maksud adalah lokasi tempat kami bercircle. Jika biasanya kami memilih café, maka kali ini kami memilih piknik di Taman Menteng. Ide untuk melakukan piknik di Taman Menteng ini memang seketika muncul karena kebetulan satu hari sebelum kita circle merupakan hari raya Tahun Baru Imlek dan di dalam circle kami ada Stef dan Yesi yang merayakannya. Memang sudah direncanakan jauh-jauh hari bahwa satu hari setelah hari raya Tahun Baru Imlek, kami akan bertemu di dalam circle untuk makan bersama dengan menu utama daging babi/yang haram-haram, hehehehe…

Menu utama kami hari ini disajikan oleh maminya Stef, yang datang dari Pontianak untuk menjenguk dan merayakan hari raya Tahun Baru Imlek bersama anak-anaknya di Jakarta. Sebenarnya dari jauh hari Stef sudah menginformasikan akan kedatangan maminya dari Pontianak. Karena sebagian besar anggota circle kami menyukai masakan daging babi, Stef menawarkan kepada kami semua untuk dimasakkan daging babi oleh maminya dan menyantapnya bersama-sama di piknik circle kali ini. Akhirnya demi menyukseskan piknik circle kami kali ini, semua anggota di dalam circle berbagi tugas. Ada yang membawa tikar, ada yang membawa nasi, ada juga yang membawa menu makanan pendukung dan penutup makan hingga cemilan ringan.

Menjadi hal yang paling saya syukuri karena hingga circling kali ini, anggota kami masih kompak dan teguh untuk berproses bersama, sehingga belum ada yang merasa tidak cocok dan mengundurkan diri dari komunitas maGis. Pada circling kita kali ini memang kita ingin membahas lebih dalam lagi tentang materi 3 Golongan Orang dan 3 Kerendahan Hati dan memahami dimanakah posisi dari masing-masing anggota circle kami. Sebenarnya secara pribadi saya melihat materi 3 Golongan Orang dan 3 Kerendahan Hati ini adalah materi yang isinya sangat jelas dan mudah dipahami. Namun akan menjadi tantangan tersendiri ketika kita dituntut untuk bisa berada pada posisi Golongan Orang ke-3 dan Kerendahan Hati ke-3, dimana tidak semua manusia bisa berada pada posisi tersebut, apalagi jika kita masih bergelut di dalam ke duniawian kita masing-masing. Jika saya mendengar cerita dari masing-masing pengalaman hidup anggota Circle Kopi, saya bisa mengambil kesimpulan hingga titik ini setidaknya sebagian besar dari mereka berada di posisi Golongan Orang ke-2. Dimana golongan orang ini adalah golongan orang yang sering menuntut Allah untuk mengikuti kehendaknya. Memang hal ini menjadi perenungan tersendiri bagi saya, karena setiap menginginkan sesuatu saya selalu berdoa kepada Allah, bukan untuk meminta Rahmat dan kemuliaanNya melainkan untuk memaksa Allah untuk memenuhi apa yang saya inginkan. Sehingga akan menjadi faktor penyebab desolasi bagi saya jika ternyata Allah berkehendak lain dan seolah-olah tidak mendengarkan apa yang saya inginkan.

Saat saya mencoba melihat di posisi manakah masing-masing anggota circle terkait Kerendahan Hati, maka saya bisa mengambil kesimpulan semua dari anggota circle kopi ini adalah pribadi yang taat akan perintah Allah yang merupakan ciri seseorang yang ada didalam Kerendahan Hati ke-1. Mereka semua memahami bagaimana harus bersikap taat sebagai umat Allah dan bagaimana harus bertobat ketika melakukan dosa. Dan bagi saya pribadi dengan mendengarkan pengalaman hidup mereka, bisa menjadi bekal bagi saya untuk bisa berproses bagaimana saya harus bisa memposisikan diri saya agar bisa berada di dalam Kerendahan Hati ke-2 atau setidaknya memberanikan diri melangkah menuju kesana. Saya juga sempat mengutarakan di dalam circle untuk bisa membuat proses ini semakin baik dan lebih bersemangat. Sangat bagus pula jika kami mengambil contoh dari cerita tokoh yang cukup nyata didalam kehidupan dunia. Contohnya Santa Teresa dari Kalkuta, dimana beliau merupakan sosok yang rela meninggalkan segalanya demi merawat orang-orang miskin dan sakit. Rela dihina demi mendapatkan makanan yang cukup bagi orang miskin dan memilih tidak mau menyombongkan diri karena segala hal yang sudah beliau lakukan. Memang membutuhkan proses yang sangat panjang untuk bisa menjadi seperti beliau, tetapi bukan tidak mungkin untuk bisa menjadi seperti beliau.

Itulah cerita circle Kopi kali ini, semoga cerita ini bisa menjadi bahan perenungan bagi siapa saja yang membacanya dan semoga melalui cerita ini kita semua senantiasa mendapatkan Rahmat dan Kemuliaan Allah, sehingga mampu merasakan lebih baik lagi kehendakNya didalam kehidupan kita masing-masing. Tuhan Memberkati kita semua, Amin. Be more, be magis. AMDG.

 



Stefanus Wahyu

Pemuda Tegal yang merantau ke Jakarta sejak 2011, bekerja di bidang IT, penyuka traveling dan fotografi. Keinginan untuk memiliki komunitas rohani membawanya bergabung dengan maGis sejak 2017. Dalam prosesnya, dia berhasil merasakan cinta Tuhan lewat pengalaman rohani yang nyata, sehingga dibimbing-Nya untuk mensyukuri berkat-Nya dan berusaha membagikannya kepada orang di sekitar.

 


Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *