We are All Here for a Purpose

We are all here for a purpose.
No matter that he does, every person on the earth plays a central role in the history of
the world (Part of 8 Important Points of Life).

Setiap orang mempunyai peran di hidupnya masing-masing. Hal tersebut juga mempengaruhi kondisinya saat ini dan masa mendatang. Yang mana hidup itu membuat kita semakin menjadi lebih baik atau tidak. Sehingga membuat kita semakin mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan bagaimana untuk membuat hidup itu menjadi lebih baik dengan karakter kita yang seperti ini.

Di pertemuan kali ini, kita dari circle capLang, membahas tentang ‘azas dan dasar’. Untuk materinya memang cukup berat untuk dipahami. Karena mungkin untuk bahasanya dan keterkaitannya dalam pengalaman hidup kita. Para anims membuat janji temu di tempat yang agak jauh dari keramaian sehingga bisa lebih lega untuk terbuka dalam bercerita.

Kloter yang datang awal hanya berlima, sedangkan teman kita yang dua orang sedang ada kegiatan dan akan menyusul segera. Sembari menunggu, kita melanjutkan bahasan tentang pertanyaan refleksi tsb. Teman kita, Willy yang ulang tahunnya di awal November kemarin seharusnya kita rayakan bareng dengan ulang tahunnya Kak Yoche juga di Perbul ketiga, mengatakan bahwa dia akan datang terlambat. Tadinya Willy berniat tidak datang karena satu dan lain hal. Setelah dibujuk dengan berbagai rayuan maut, akhirnya dia datang walaupun terlambat.

 

Pada saat itu juga kita memang tidak ada persiapan apapun, hal tersimpel yang lewat selintas di pikiran adalah ketika memang dia ‘pasti’ datang maka kita akan segera mencari kue kecil di toko kue terdekat. Memang Hendy memilihkan tempat yang sesuai dengan yang kita cari yaitu tidak terlalu ramai dan menjual roti dan kue juga. Ya sudah, pada akhirnya masalah terselesaikan mengenai kue dan lilin karena sudah tanya ke pegawai tokonya.

Ketika Willy datang, kita semua masih membahas tentang pertanyaan refleksi dan lanjut ke giliran Willy sendiri. Aku, Sanita dan Kak Yoche pun saling memberikan kode. Kemudian aku langsung mempersiapkan untuk kejutan yang akan kita berikan ke Willy. Kue oke, lilin oke, dan korek pun oke (minjem dari abang-abang setempat).

Kemudian aku berjalan dari belakangnya Willy supaya tidak terlalu kentara sekali. Dan pada saat mau memberikan surprise sambil menyodorkan kue dan lilin, timingnya pas saat Willy menghembuskan nafas sehingga api lilin pun mati. Kita tertawa karena surprise nya jadi lucu seperti itu. Akhirnya semua kita ulang kembali, yeay akhirnya berhasil. Mungkin Willy terlalu bersemangat sehingga api lilin pun bisa mati, yang mana semua harus diulang kembali.

 

Kembali lagi ke bahasan tentang azas dan dasar, dimana kita dihadapkan pada tuntutan untuk memilih dan memilah dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan sarana sebagai tujuan. Kita diberikan pertanyaan mengenai pengalaman pengambilan keputusan, kelekatan-kelekatan yang masih ada dan apa/bagaimana kita melihat keseharian kita dalam menggunakan sarana yang ada untuk mencapai tujuan.
Kebanyakan dari kita memang masih susah untuk menjauhi sarana (gadget) dalam mencapai tujuan. Karena di jaman sekarang yang sudah modern sehingga rasanya lebih enak untuk menjadi autis (sibuk dengan gadget sendiri). Dan untuk kelekatan yang masih ada di hati kita masing-masing pun, belum bisa dilepaskan secara penuh dan utuh. Karena kelekatan-kelekatan itu masih membekas dihati kita masing-masing.

Di setiap pertemuan circle, di setiap cerita-cerita yang kita sampaikan, seperti ada rasa syukur karena tidak mengalami kejadian yang teman lain rasakan. Dan ini merupakan pengalaman yang berbeda jika kita lakukan dengan teman dekat. Karena di circle ini kita dikumpulkan menjadi satu dimana kita sebagian besar belum mengenal satu sama lain. Kita ‘dipaksa’ untuk bercerita secara detail dan mendalam mengenai pribadi yang mungkin sudah/ belum kita ceritakan dengan teman dekat kita.

Awalnya aku merasa agak sedikit aneh dengan hal seperti ini, karena tidak mudah untuk melakukannya. Sampai aku pada suatu titik, dimana aku siap untuk diproses di Magis ini. Dan aku lihat teman circle pun demikian. Aku masih belum bisa dikatakan berproses dengan cepat dan baik dalam Magis ini. Karena ada beberapa hal yang masih belum bisa aku terima dengan baik selama aku berproses. Karena dari awal ikut Magis, ada beberapa kejadian yang membuat aku bertanya kepada Tuhan kenapa harus seperti ini. Apakah harus dengan tamparan seperti itu supaya aku menyadari bahwa Tuhan menunjukkan jalanNya. Ada niat di hati
kecil ini untuk meninggalkan Magis saja karena aku kembali terjatuh ke lubang kembali. Kemudian aku tersadar di perbul kedua, ada yang menyadarkan aku untuk berproses dan mengikuti alur saja.
Mungkin aku akan berproses secara perlahan, karena masih menggunakan logika saja (masih ada penyangkalan dan keraguan). Masih belum bisa menyatukan logika dan hati secara yang penuh ke Magis. Tetapi aku berusaha mengikuti alurnya karena aku yakin Tuhan punya rencana untukku dan jawaban atas pertanyaanku sedari kecil. Dan aku sudah membulatkan niatku untuk mengikuti Magis dengan sepenuh hati dan
melawan kerikil-kerikil kecil yang ada.




Editha Banjarnahor

Editha saat ini bekerja sebagai daily worker di sebuah federasi internasional. “The world is gonna judge you no matter what you do, so live your live the way you want to”, merupakan salah satu bagian dari prinsip hidupnya. Bergabung dengan formasi Magis 2017, adalah untuk mencari mengapa Tuhan memilihnya hidup di dunia ini dan ingin menyalurkan berkat Tuhan kepada orang lain. Adapun hobi utamanya adalah hibernasi dan backpacking.

 


Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *